Wednesday, May 21, 2014

KISAH DARI AL-QURAN : NABI SALEH, chapter 001

NABI SALEH
Bangsa Ad sudah lenyap binasa, karena dosa yang mereka perbuat. Negeri mereka sudah tandus dan kosong. Tetapi lama kelamaan di negeri itu terdapat satu bangsa yang menempati dan mendiaminya. Bangsa baru ini dinamakan dalam al-Quran, bangsa Tsamud. Merekalah yang berkuasa di atas bumi yang dikuasai oleh bangsa Ad dahulu itu.
Negeri itu dibinanya kembali, sehingga menjadi negeri yang makmur, lebih makmur lagi dari zaman bangsa Ad yang sudah lenyap itu. Penuh dengan kebun kebun, taman taman yang indah permai, dengan hasil yang berlipat ganda. Berdirilah kembali rumah rumah dan gedung gedung yang besar dan molek merupakan istana istana yang indah. Malah bukit bukit yang tinggi itu mereka lubangi menjadi rumah tempat tinggal yang teratur. Dengan rumah yang berupakan benteng benteng perlindungan yang kukuh kuat itu, mereka maksudkan dapat menjaga keselamatan diri dan keluarga mereka dari berbagai-bagai gangguan manusia dan alam. Hidup bangsa Tsamud ini penuh dengan harta kekayaan, senang bahagia tidak kekurangan suatu apa.
Hanya seperkara, sebagaimana juga bangsa Ad dahulu, mereka lupa sama sekali kepada Tuhan, tidak kenal sama sekali kepada Allah. Karena itu lama kelamaan mereka semakin jahat, jauh dari segala yang baik, malah menjadi sombong sesombong sombongnya dengan harta dan kekayaan yang mereka miliki itu. Mereka kira yang harta kekayaan mereka itu akan kekal di tangan mereka, kesenangan dan kebahagiaan hidup mereka akan tetap selamanya. Lalu mereka berbuat sekehendak hati mereka sendiri, menyembah dan memuja pula terhadap batu batu yang mereka buat sendiri merupakan patung. Tepat sebagaimana yang sudah terjadi di zaman Ad.
Kepada mereka lalu diutus Allah pula seorang Utusan, Saleh namanya. Untuk membawa mereka mengenal Allah, mensyukuri nikmat Allah, meninggalkan menyembah batu batu yang tidak berhak disembah itu.
Terhadap semua apa juga yang disampaikan Nabi Saleh itu, mereka menutup telinga dan memejamkan mata, tidak mahu tahu dan percaya. Nabi Saleh mereka pandang seorang yang tidak sepatutnya menasihati mereka, karena merekalah yang lebih pintar dan pandai, lebih kaya, terhormat dan berkuasa, kata mereka.
Hanya sebahagian kecil yang terdiri dari orang-orang melarat tingkatan rendah saja yang mahu mendengarkan dan menurut ajaran itu. Sedang yang lain jangankan akan mengikuti dan tunduk, malah Nabi Saleh mereka anggap tidak siuman otaknya, kena sihir atau dimasuki Setan, katanya. Kalau memang perlu nabi, maka kamilah yang pantas menjadi nabi, karena kami lebih pintar dan lebih mulia dalam masyarakat daripada engkau, kata mereka kepada Saleh.
Sungguhpun begitu, Nabi Saleh tetap menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya, menyampaikan ajaran ajaran yang benar, dengan kesabaran dan ketenangan. Sebab itulah makanya ada pula orang-orang yang melarat yang turut dan tunduk akan ajaran itu. Hal ini akhirnya membimbangkan orang-orang yang tidak mahu tunduk itu.
Mereka mencari cara dan jalan untuk memalingkan perhatian orang dari Nabi Saleh itu, yang dapat melemahkan dan merendahkan pandangan orang terhadap Saleh.
Begitulah pada suatu hari, mereka datang kepada Saleh dan berkata: Cuba engkau tunjukkan kepada kami satu mukjizat (keluarbiasaan) sebagai tanda kenabianmu itu. Kalau tidak, tentu engkauini orang yang bohong semata mata.
Mendengar kata dan pendirian mereka yang demikian itu, tidak ada yang dapat diperbuat Nabi Saleh selain berdoa kepada Tuhan: Ya, Tuhanku! Kaumku tetap mendustakan aku, selain sebahagian kecil saja yang beriman denganku. Untuk mengatasi ini, sudi apalah kiranya Tuhanku memberi aku satu mukjizat untuk jadi tanda kebenaranku. Dengan mukjizat mana, mudah mudahan mereka beriman jua!
Allah mengabulkan permintaan Nabi Saleh, lalu berfirman kepadanya: Pergilah mendapatkan kaummu dan katakan kepada mereka agar mereka berkumpul di luar kota di kaki gunung yang tampak itu, untuk dapat melihat mukjizat yang mereka kehendaki itu. Dari gunung itu nanti akan muncul seekor unta betina yang luar biasa bagus, besar dan gemuk, tidak pernah mereka melihat unta seperti itu. Tetek unta itu akan selalu penuh dengan air susu, sekali pun setiap jam diperah tidak henti hentinya. Setiap orang diperbolehkan mengambil air susunya, dengan syarat bahawa unta itu dibiarkan bebas sebebas bebasnya, tidak boleh diganggu dan diusik oleh siapa saja. Dan unta itu harus dibiarkan meminum air yang ada di sumur itu berganti hari dengan mereka penduduk. Ertinya hari ini air minum itu semuanya untuk unta itu, dan besoknya air sumur itu semuanya untuk penduduk. Begitulah seterusnya. Di hari giliran unta, tidak seorang juga manusia dibenarkan mengambil air. Begitu pula di hari giliran penduduk, unta tidak akan meminum sedikitpun. Setelah wahyu itu disampaikan Nabi Saleh kepada mereka, mereka berkumpullah menanti unta yang dimaksudkan itu. Tak lama kemudian, dari gunung itu muncullah seekor unta yang luar biasa bagus, gemuk dan besarnya, persis seperti apa yang diterangkan Nabi Saleh kepada mereka.
Unta itu langsung ke sumur dan meminum semua air yang ada. Dan benar bahawa tetek unta itu selalu penuh dengan air susu. Mereka mulailah mengambil tempat susu untuk dapat mengambil air susu dari unta itu.
Demikianlah saban hari, di hari mereka tidak dapat air dari sumur karena habis diminum unta, sebagai gantinya mereka dapat memerah air susu dari unta itu untuk diminum.
Begitulah dari hari ke hari, minggu ke minggu, orang orang beriman semakin bertambah kuat keimanannya, tetapi bagi orang orang yang engkar bukan menjadi beriman kerananya sebagai kata kata mereka ketika meminta minta mukjizat dahulu, malah mereka bertambah irihati terhadap Nabi Saleh dan orang orang yang beriman, mereka terus mengengkari seruannya terang terang.
Maka timbullah keinginan buruk dalam batin mereka untuk membunuh unta itu, agar kebenaran Nabi Saleh tidak tersiar kerananya. Mula mula mereka berani, tetapi kemudian ragu ragu dan takut, sebab sebagai dikatakan, Nabi Saleh mengancam dengan turunnya seksa Tuhan bila unta itu diusik.
Lama mereka itu berfikir-fikir antara membunuh unta itu atau tidak membunuhnya. Berapa kali di antara mereka mencuba mendekati unta itu untuk dibunuhnya, tetapi mereka akhirnya mundur karena khuatir akan seksaan yang dijanjikan Nabi Saleh itu. Lama konon unta itu tinggal merdeka menjadi perhatian orang banyak. Semakin banyak juga orang yang percaya kepada Saleh. Tetapi akal jahat dan niat buruk mereka itu membuka jalan bagi mereka untuk melakukan satu perbuatan yang sejahat jahatnya. Kecantikan seorang perempuan, akan mereka jadikan alat untuk menjalankan niat mereka yang jahat itu. Dengan perempuan cantik, dengan mudah mereka akan memperolehi pemuda yang berani untuk membinasakan unta itu.
Bila seorang lelaki telah dapat ditawan hatinya oleh seorang perempuan cantik, maka lelaki penakut bisa menjadi orang paling berani untuk menunaikan perintah perempuan yang cantik itu. Seorang lelaki yang se pintar pintarnya, bila sudah dapat ditawan hatinya oleh seorang perempuan cantik akan menjadi lelaki yang paling bodoh, sehingga dapat diperintah oleh si perempuan cantik itu melakukan pekerjaan yang bahaya sekalipun. Hal ini diketahui oleh mereka yang engkar dan kafir itu. Mereka tidak segan segan menjalankan tindakan keji itu. Seorang perempuan cantik yang derhaka, menyerahkan diri untuk melakukan lakonan berat ini.
Seorang perempuan cantik anak bangsawan dan kaya raya pula, Saduq binti AlMahya namanya, sanggup menyerahkan kehormatan dirinya kepada seorang pemuda berani, iaitu Masdak bin Mahraj, asal saja pemuda itu berani membunuh unta yang menjadi bukti kebenaran Nabi Saleh itu.

No comments:

Post a Comment