Thursday, May 29, 2014
KISAH DARI AL-QURAN : Nabi Lut - chapter 001
NABI LUT
Ketika Nabi Ibrahim meninggalkan Mesir, menuju Palestin, turut serta pula anak saudaranya, iaitu Nabi Lut. Tetapi tak lama kemudian, desakan penghidupan memaksa kedua dua Nabi ini berpisah. Nabi Lut lalu menetap di sebuah dusun yang bernama Sadum, di kawasan Palestin juga.
Adapun penduduk kampung itu luarbiasa nakal dan rosak perangainya. Mereka berlumba lumba mengerjakan kejahatan, segala rupa kejahatan: merompak, membunuh teman sendiri, menganiaya sesama manusia, sehingga tidak seorang pun dari orang lain yang dapat lalu di situ, melainkan dirompak mereka.
Salah satu kemesuman yang paling busuk yang menjadi adat dan kebiasaan hidup mereka, ialah bahawa suka mengerjakan pekerjaan yang hina dina, iaitu melepaskan syahwat terhadap orang lelaki, sedangkan terhadap perempuan tidak ada sedikitpun menarik hati dan kegemaran mereka.
Bertentangan dengan tabii alam yang biasa, dimana kaum lelaki dengan segala kepandaian dan kekuatan memrebutkan perempuan cantik untuk dijadikan isteri, tetapi mereka ini tidaklah tertarik sedikit juga hatinya terhadap kaum wanita yang bagaimanapun juga cantik dan moleknya, Yang mereka rebutkan, sampai dengan menghabiskan harta dan menumpahkan darah, ialah orang orang lelaki sendiri lebih lagi pemuda pemuda yang gagah dan cantik, untuk dijadikan teman hidup dan pelepas hawa nafsu mereka.
Jika ada pemuda yang lalu ke kampung mereka, pasti pemuda itu mereka goda dan diperebutkan, kadang kadang sampai dengan menumpahkan darah, antara satu sama yang lain.
Dapatlah digambarkan, bagaimana buruk dan celakanya nasib wanita di saat itu. Tidak ada orang suka kepada mereka, tidak ada yang menghiraukan. Mereka terpaksa mengerjakan hal hal yang tak layak pula dengan sesama wanita sendiri untuk sekadar menghilangkan nafsu berahi mereka sebagai wanita. Kerusakan masyarakat sungguh hebat dan merata di seluruh pelusuk dan lapisan.
Demikianlah hidup mereka puluhan tahun lamanya. Kejahatan dan kemesuman itu bukan semakin berkurang, sebab tidak seorang juga di antara mereka yang mahu menurutkan nasihat orang lain. Bahkan kejahatan dan kemesuman itu semakin menjadi jadi, sehingga keluar dari batas perikemanusiaan samasekali.
Terhadap kaum yang begitu itulah, akhirnya Allah menurunkan perintah kepada Nabi Lut dengan perantaraan wahyuNya. Perintah untuk membimbing kaum yang sesat kepada menyembah Allah, menjauhi segala kejahatan dan kemesuman, menghentikan semua kemungkaran yang sudah menjadi tabiat dan adat mereka itu.
Tetapi, semua ajaran dan peringatan Nabi Lut itu tidak dapat masuk dalam telinga dan hati mereka. Kejahatan dan kemesuman mereka lakukan terus, bahkan semakin hebat dan hebat juga. Nabi Lut dengan tabah tak bosan bosannya memberikan nasihat nasihat dan pengajaran kepada mereka, diingati dengan ancaman azab Allah. Tetapi semua itu mereka permudahkan malah mereka ejek saja.
Akhirnya Nabi Lut mendoa ke hadhrat Allah, minta agar kaumnya yang sesat itu ditunjuki. Dan kalau sudah nyata nyata tidak akan dapat ditunjuki dan diajari samasekali lagi, Nabi Lut minta agar kepada mereka diturunkan ajaran yang tidak berupakan nasihat dan kata kata saja, tetapi dikirimkan azab yang sengeri ngerinya, agar dengan azab itu mereka insaf kembali atau musnah samasekali. Sebab tidak ada gunanya hidup mereka di muka bumi ini, selain dari menambah kerusakan dan kejahatan saja.
Doa Nabi Lut ini didengar dan dikabulkan Tuhan. Tuhan mengutus beberapa Malaikat untuk menurunkan seksa terhadap kaumnya Nabi Lut yang derhaka dan tak mahu ditunjuki itu. Malaikat malaikat itu mula mulanya turun dan singgah di rumahnya Nabi Ibrahim dengan berbentuk manusia. Mula mula Nabi Ibrahim mengira yang Malaikat malaikat itu manusia biasa yang bertamu ke rumahnya. Mereka diperlakukan Nabi Ibrahim sebagai tamu. Tetapi Malaikat malaikat itu menerangkan yang bahwa mereka adalah Malaikat yang diutus Allah ke kampung Nabi Lut, untuk menurunkan seksa yang sehebat hebatnya terhadap mereka yang engkar itu.
Alangkah terperanjat Nabi Ibrahim mendengarkan seksa yang akan datang itu, dan meminta kepada Malaikat malaikat itu untuk menunda datangnya seksa itu, dengan harapan mudah mudahan mereka kembali dari kejahatan mereka.
Tetapi dengan tegas dijawab oleh Malaikat malaikat yang datang itu, bahawa kepada mereka sudah dikirim Nabi Lut untuk mengembalikan mereka dari kesesatannya. Sayang mereka tidak mendengarkan ajakan Nabi Lut itu, sehingga semua usaha dan daya sudah dipandang cukup. Dan ditegaskan pula bahwa Nabi Lut serta orang orang yang percaya akan terlepas dari seksa itu. Sedang isteri Nabi Lut sendiri pun akan turut pula merasakan seksa hebat itu, karena dia termasuk orang orang yang engkar dan tidak menurutkan kebenaran Nabi Lut.
Malaikat malaikat itupun meninggalkan rumah Nabi Ibrahim, pergi menuju ke desa Sadum yang derhaka itu dengan berbentuk manusia yang masih muda belia dengan wajah yang cantik molek dan menarik. Di tengah jalan Malaikat malaikat itu bertemu dengan seorang anak perempuan yang sedang mengambil air minum. Kepada anak perempuan itu, Malaikat malaikat itu minta supaya diperlakukan sebagai tetamu di rumahnya. Oleh anak perempuan itu diterangkan akan tabiat penduduk kampungnya sendiri yang penuh dengan kejahatan, lebih lebih kalau melihat dan mengetahui akan lelaki yang berwajah cantik, pasti timbul perkosaan dan pencemaran dengan segala cara yang mesum mesum. Maka sebelum menerima permintaan tetamu yang terdiri dari dua orang pemuda yang cantik molek, anak perempuan ini minta izin lebih dahulu kepada tetamunya untuk memberitahukan dan bermusyawarah dengan bapanya.
Anak perempuan itupun pulang ke rumahnya memberitahukan kepada bapanya dengan berkata: Ya bapaku, di sana di pintu masuk ke kota ini, ada dua orang lelaki, yang belum pernah saya lihat penduduk kampung kita ini sebaik dan secantik kedua mereka itu. Keduanya ingin bermalam di rumah kita. Tetapi saya takut kalau diketahui oleh penduduk kampung kita ini, beradanya mereka di tempat kita ini.
Bapa ini adalah Nabi Lut sendiri, sedang anak perempuan itu adalah anaknya Nabi Lut.
Alangkah terkejutnya Nabi Lut mendengar khabar ini. Setelah bertanyakan akan keadaan kedua orang itu, Nabi Lut memberikan nasihat kepada anaknya bagaimana cara caranya agar tetamu itu tidak sampai diketahui oleh penduduk kampungnya.
Mula mula Nabi Lut agak keberatan menerima kedua pemuda itu menjadi tetamu di rumahnya sendiri, takut kalau-kalau diketahui rakyat dan pasti akan mendatangkan kecelakaan besar bagi tamu dan dirinya sendiri. Tetapi kerana rasa perikemanusiaan, dia tidak sampai hati untuk menolak tetamu yang ingin menumpang dan bermalam di rumahnya.
Akhirnya Nabi Lut dengan diam diam dan sembunyi sembunyi agar jangan dilihat orang, ingin berjumpa sendiri dengan kedua pemuda yang bertamu itu.
Setelah bertemu, lalu Nabi Lut menasihatkan supaya kedua pemuda itu berhati hati sekali, jangan diketahui orang dan jangan sampai menumpang di rumah orang lain di desa itu, agar jangan diperkosa dan menjadi mangsa nafsu dan kemesuman mereka. Nabi Lut bersedia membawa mereka bermalam dan menjadi tetamu di rumahnya sendiri, tetapi harus berhati hari benar.
Dengan rasa khuatir dan waswas yang memuncak, tetamu itupun dibawanya pulang dengan diam diam dan sembunyi sembunyi. Tetapi malang baginya, dalam pada itu isteri Nabi Lut sendiri, telah mengetahui akan kejadian ini dan telah menyiarkan kedatangan tetamu itu kepada penduduk kampungnya.
Alangkah terkejutnya Nabi Lut, setelah dia dan tetamu itu sampai di rumahnya sendiri, penduduk kampungnya sudah berkerumun mengepung rumahnya, ingin mendapatkan lelaki yang cantik yang menjadi tamu Nabi Lut itu untuk pelepas nafsu mereka sebagai yang diterangkan di atas tadi.
Tidak ada lain bagi Nabi Lut untuk menghindarkan kemesuman yang akan terjadi, selain memberi nasihat kepada mereka sekali lagi, agar mereka kembali ke jalan yang henar, meninggalkan pekerjaan yang keji dan mesum itu serta takut kepada seksaan Allah yang mungkin datang.
Semua nasihat Nabi Lut itu hanya melayang di udara, tidak satu pun yang dapat masuk dalam telinga dan otak mereka. Malah di saat Nabi Lut memberi nasihat itupun sebahagian mereka sudah bersiap untuk menyerbu merebutkan dua pemuda yang menjadi tetamu Nabi Lut itu. Melihat keadaan yang genting itu, Nabi Lut dengan segera menutup pintu rumahnya, serta menguncinya dari dalam, agar tidak seorang pun dari mereka itu yang dapat masuk ke dalamnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment