hasif & haziq naik kereta pusing putrajaya...
dengan bangga dapat naek kereta sewa pandu sendiri ...
x der lesen pun x per...
polis tak dak ...
JENERAL TALUT
|
PERANG KEMERDEKAAN
|
Tabut,
sebuah barang berbentuk peti, adalah suatu pemberian Allah yang amat
besar ertinya bagi bangsa Bani Israel, sejak dari
zaman Musa a.s. sampai jauh sesudah
meninggalkan Nabi Musa. Boleh di katakan sebuah barang keramat, dengan
erti yang se benar
benarnya. Baik ketika Bani Israel
sedang menghadapi perang dahsyat, mahupun dalam keadaan yang genting,
bila mereka melihat
akan tabut itu mendadak mereka
menjadi tenang dan tabah hatinya. sehingga dapat menentang musuh serta
mengalahkannya. Begitu
pula bila ada perselisihan hebat
antara mereka, dengan memperlihatkan tabut itu saja kepada golongan
golongan yang sedang
berselisih tu, maka redalah
perselisihannya dan segera mereka bersatu padu kembali. Tabut menambah
semangat keberanian pada
mereka dan menyebabkan rasa takut
dan lemah pada musuh mereka. Karena berkat tabut itulah Bani Israel
dalam berabad abad lamanya
dapat hidup bersatu di negeri mereka
sendiri, tidak dapat diusir oleh kekuatan yang manapun. Tetapi setelah
Nabi Musa meninggal
dunia, bangsa Israel lama kelamaan
lupa akan ajaran Nabi Musa, lupa akan agama mereka dan agama itu mereka
robah robah menurut
kemahuan mereka sendiri.
Dalam keadaan yang demikian itu, akhirnya mereka dapat dikalahkan dan diusir dari kampung halaman mereka sendiri. oleh bangsa Palestin. Bangsa Palestin menjajah dan menguasai mereka dan bangsa Palestin akhirnya berhasil merebut tabut dari tangan mereka itu. Nasib bangsa Israel semakin jelek dan melarat di bawah penjajahan sehingga mengalami pengusiran itu, terpisah dari anak dan isteri mereka. Demikian keadaan mereka dalam tempoh yang tidak pendek dan tidak juga di antara mereka yang sanggup tampil ke muka, untuk memimpin bangsanya yang telah bercerai-berai itu. Akhirnya diutus Allah kepada mereka seorang Nabi, Samuel namanya. Dengan pimpinan Samuel ini, akhirnya beberapa orang di antara bangsa Israel dapat berkumpul. Dari kumpulan ini timbul hasrat bagi mereka, untuk berusaha mengusir bangsa Palestin yang telah mengusir mereka dari tanah airnya. Tetapi sayang, tidak seorang juga di antara mereka yang berani dan sanggup menjadi pemimpin, untuk mencapai cita cita nasional mereka itu. Timbullah hasrat di kalbunya masing masing untuk mempunyai seorang pemimpin, yang akan menyusun kekuatan mereka yang telah berpecah itu, serta menggalang kekuatan untuk mengusir musuh yang kuat dan kejam itu. Samuel tahu benar akan letak kelemahan kaumnya yang demikian itu, kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya kemahuan untuk berjuang dan kelemahan kerana tidak adanya rasa patuh terhadap pemimpinnya. Dengan tegas Samuel berkata kepada mereka: "Sebab kelemahan kamu, adalah kerana kamu sekalian tidak mahu berjuang menghadapi peperangan bila dipanggil untuk berperang!" Mereka menjawab: Kami sanggup berjuang dan bertempur, kerana tidak tahan lagi hidup sengsara terpisah dengan anak keluarga dan tanahair sendiri, asal saja ada yang memimpin kami dalam perjuangan dan pertempuran itu. Samuel mempersilakan mereka menunggu, kerana Samuel ingin menerima petunjuk dari Allah terlebih dahulu, tentang maksud ini. Lalu kepada Samuel diwahyukan oleh Allah, agar memilih Talut menjadi raja dan pemimpin perang mereka. Samuel sendiri rupanya belum kenal siapa Talut itu. Tetapi dengan tegas Allah mewahyukan kepada Samuel, agar jangan ragu ragu dalam menetapkan Talut sebagai pemimpin dan jeneral dalam perang yang diperintahkan itu. Talut adalah anak desa dalam negeri itu, bahkan anak seorang yang melarat pula. Jangankan ia akan dikenal sebagai pemimpin. dalam pergaulan sehari hari saja jarang orang kenal kepadanya. Tetapi dia adalah seorang yang berbadan kuat dan sihat; tinggi dan gagah perawakannya, matanya tajam, fikirannya pun luas dan tajam pula. Dalam pada itu, dia mempunyai hati yang suci bersih, budi yang halus dan agung. Dia tinggal di desa kecil bersama bapanya. Pekerjaannya bertani dan berternak. Pada suatu ketika dia sedang berada dalam kandang keldai bersama bapanya, ternyata bahawa se ekor keldai betinanya tidak ada dalam kandang, mungkin keldai itu tersesat ke lain kampung. Dengan diiringkan oleh seorang anak, pergilah dia mencari keldainya yang hilang itu di tengah tengah padang pasir yang luas, menyeberangi jurang dan mendaki gunung. Berhari hari sudah keduanya berjalan mencari, sehingga sudah luka luka kakinya, penat seluruh badannya, tetapi keldai itu belum juga dijumpainya. Dia lalu berkata kepada anak yang menjadi temannya: "Marilah kita pulang, mungkin bapa sudah khuatir terhadap kita yang sudah lama tidak juga pulang. Anak itu menjawab: Sekarang kita ini sudah sampai di sebuah desa yang bernama Sofa, di mana tinggal seorang Nabi Allah, iaitu Samuel. Lebih baik kita bertemu dan berziarah lebih dahulu kepada Nabi yang mulia itu. Dan mari kita bertanya kepadanya, tentang keldai kita yang hilang itu. Mudah mudahan turun kepadanya Malaikat membawa wahyu, sehingga dapat memberi petunjuk kepada kita tentang maksud kita ini. Mendengar perkataan ini, kembali timbul harapan dalam hati Talut. Keduanya lalu berjalan dan bertanyakan, di mana rumahnya Nabi Samuel itu. Tiba tiba keduanya bertemu dengan beberapa orang anak perempuan, yang sedang mencari air di padang pasir itu. Kepada anak perempuan ini ditanyakan di mana rumah Nabi Mulia Samuel dan minta agar ditunjukkan jalan ke rumahnya. Anak perempuan itu menerangkan, bahawa barang siapa yang ingin bertemu dengan Nabi Samuel, harus menunggunya di puncak bukit tempat berdirinya ini. Dalam percakapan demikian tiba tiba Samuel tiba di tempat itu. Sebentar kemudian tahulah Talut, bahawa itu adalah Nabi Samuel yang mulia, cukup tanda tanda kenabiannya dan begitu pulalah menurut keterangan dari kedua anak perempuan itu sendiri. Talut memandang ke wajah Samuel dan di saat itu Samuel pun memandang ke wajah Talut, maka bertemulah pandang dengan pandang dan dalam pertemuan pandang itu, terikatlah antara kedua orang itu rasa yang sama-sama bersih, jiwa yang sama sama tertarik satu sama lain; sekalipun belum pernah berjumpa, tetapi tahulah Samuel, bahawa yang berada di hadapannya ketika itu adalah Talut, yang pernah diwahyukan Allah kepadanya, untuk dijadikan raja, pemimpin dan jeneral, bagi bangsa Israel yang memerlukan pemimpin itu. Berkatalah Talut: "Saya datang menemui tuan, ya Nabi Allah, untuk minta keterangan dan petunjuk, tentang keldai bapaku yang hilang di tengah padang yang luas ini. Sudah beberapa hari kami berdua mencarinya, hampir kami berputusasa. Mudah mudahan tuan kiranya dapat menunjukkan kepada kami tentang keldai itu dengan ilmu tuan yang tinggi itu. Samuel lalu menjawab: "Adapun keldai yang hilang itu sekarang sedang berjalan pulang menuju kandangnya. Janganlah engkau bersusah payah lagi mencarinya. Saya pun ingin bertemu denganmu, tentang sebuah urusan yang lebih penting dan lebih mulia. Bukan urusan keldai yang hilang, tetapi urusan kemerdekaan yang sudah lama lenyap, urusan rakyat kita yang sudah lupa kandang. Saya kemukakan, bahawa Allah telah memilihmu guna menjadi raja bagi bangsa Israel ini, untuk mempersatukannya, lalu menyusun kekuatan mereka untuk menghadapi musuh musuh yang sudah menjajah sekian lama dan mengusir mereka dari tanah airnya. Allah sudah menjanjikan pertolonganNya buat engkau, sehingga engkau akan mendapat kemenangan dalam pertempuran dengan penjajah itu. Jawab Talut: Apakah saya akan jadi raja, pemimpin dan jeneral mereka? Saya ini adalah keturunan Binyamin, orang yang terhina dalam kalangan bangsa bangsa yang duabelas suku (asbat), paling miskin dan melarat, bagaimana saya dapat menjadi raja, memegang pimpinan atas bangsa yang besar itu? "Ini adalah atas iradat dan wahyu Allah, kata Samuel. "Sudah menjadi perintah Allah dan hukumNya, hendaklah engkau bersyukur atas nikmat Allah itu dan membulatkan fikiran untuk memimpin perjuangan yang hebat ini. Sesudah Samuel dan Talut berjabat tangan, keduanya lalu pergi menemui bangsa Israel. Nabi Samuel bersabda kepada mereka: "Hai Bani Israel, Allah telah mengutus Talut untuk menjadi raja bagimu sekalian, dia sekarang memegang pimpinan atasmu, maka hendaklah kamu tunduk dan taat terhadap pimpinannya ini dan bersiaplah kamu untuk menghadapi musuh musuhmu di bawah pimpinannya!" Tetapi bangsa Israel itu kembali menyanggah, menurutkan sentimennya masing masing, jawabnya: Kenapa dia yang dijadikan raja kami, sedang dia bukan bangsawan yang layak menjadi raja. Di sini ada orang yang lebih layak untuk dijadikan raja dan pemimpin, yakni anak Lawei keturunan segala Nabi dan Rasul, keturunan Yahuza yang selamanya memegang tampuk pimpinan dan turunan raja raja pula. Kenapa dia orangnya yang tidak kami kenal itu akan menjadi raja kami? Dia hanya seorang miskin dan melarat, bertangan kosong, serta tak mempunyai kekayaan untuk menjalankan pemerintahan. Sedang orang yang kami usulkan ini, mempunyai kebesaran dan hartawan, mempunyai pengaruh terhadap orang banyak. Samuel menjawab: "Untuk menjadi panglima perang dan kepala negara, tidak memerlukan syarat kebangsawanan dan kehartawanan. Sekalipun orangnya bangsawan dan hartawan, tetapi kalau tidak mempunyai kebijaksanaan dan kemampuan, ianya tidak dapat dijadikan raja. Bahkan darah bangsawan itu banyak yang menyebabkan seorang penakut, harta benda yang banyak menjadi orang berotak tumpul. Adapun Talut ini, Allah telah melebihkannya dibanding dengan kamu sekalian, kerana ia memiliki kekuatan dan kesanggupan, serta sihat badannya, dalam pemikirannya, panjang akalnya, kuat jiwanya serta tabah hatinya, sehingga hanya dialah orangnya yang pantas memimpin dan memerintah atas kita sekalian, Selain dari itu, dia lebih mengetahui akan kebaikan bagi kita sekalian, ia dapat pula melihat ke muka, tentang soal soal yang sedang kita hadapi sekarang ini. Allah telah menetapkan dia sebagai raja kita. Allah menyerahkan kekuasaan, kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Mereka segera menjawab: "Kami tidak dapat dengan begitu saja menjalankan semua perintahnya dan menghentikan larangannya. Kami ingin bukti dan tanda daripadanya, sehingga kami dapat mengikutinya. Perlihatkanlah kepada kami tanda dan bukti itu!" Jawab Samuel pula: "Allah telah mengetahui akan segala dalih dan helah kamu itu. Allah akan perlihatkan pula akan tanda dan bukti yang kamu kehendaki itu. Keluarlah kamu menuju ke kota sekarang, akan kamu lihat nanti di sana Tabut yang sudah lama hilang dari tanganmu itu, sehingga kamu menjadi hina dina lemah sejak hilangnya itu. Tabut itu akan kembali kepadamu, dengan dibawa oleh beberapa Malaikat. Itulah tanda dan bukti yang akan kamu lihat nanti. Setelah mereka keluar menuju ke kota sebagai yang diperintahkan Nabi Samuel, mereka pun benar benar melihat Tabut itu, datanglah ketenangan dalam kalbu mereka yang selalu gentar dan takut selama ini, Kini mereka rela dan mengangkat Talut menjadi raja dan pemimpin mereka. Talut kini menjadi raja mereka. Dia duduki takhta kerajaan yang diserahkan kepadanya dengan segala pertanggunganjawab dan kebijaksanaan. Tampaklah keteguhan jiwa dan kebesaran semangatnya. Talut mulai menyusun tentera yang teratur, dengan memenuhi syarat syarat ketenteraan yang lazim. Sebagai seorang Jeneral, Talut berpidato di hadapan mereka. menerangkan syarat syarat tentera yang dia kehendaki: "Hai, rakyatku sekalian, dalam ketenteraan yang kususun ini, tidak boleh turut serta menjadi anggotanya orang orang yang masih ragu ragu dan tidak penuh semangatnya, orang orang yang masih di pengaruhi oleh urusan urusan di luar ketenteraan. Tidak boleh turut orang orang yang mendirikan sesuatu pendirian (rumah), tetapi dia belum selesaikan pendirian itu. Tidak boleh orang orang yang telah meminang seseorang perempuan, tetapi belum kahwin dengan perempuan itu, atau orang orang yang mempunyai perdagangan, sedang hatinya masih saja kepada dagangannya itu! Sesudah syarat syarat yang dikemukakan Talut itu dipenuhi sebaik baiknya, maka terbentuklah suatu tentera yang berdisiplin, terdiri dari orang-orang yang benar benar kuat hati dan bernyala nyala semangatnya. Tetapi kemudian, ternyata kepadanya masih saja ada orang orang yang ragu ragu. Tampak pula kepadanya, masih ada orang orang yang sering berdebat dan bertengkar tentang kekuasaan kerajaan yang dipegangnya, semua ini perlu diperbaikinya dengan jalan mengadakan rasionalisasi. Talut berkata kepada mereka: "Kita akan menyeberangi sebuah sungai, di bawah teriknya panas matahari, sesudah berlatih dan berjalan jauh. Orang orang yang benar benar menjadi tenteraku, tidak boleh meminum air sungai itu lebih dari seteguk, untuk membasahi tenggorokannya saja. Orang yang menjalankan aturan ini sajalah, yang kuanggap termasuk tenteraku dan hanya orang orang inilah yang dapat kukerahkan dan kupimpin. Adapun orang yang sengaja melanggarnya, bererti telah melanggar disiplin tentera, tidak akan dapat diharapkan daripadanya hasil apapun, dari pertempuran hebat yang sedang kita hadapi sekarang ini, malah turut sertanya orang orang itu hanya akan menyusahkan dan menimbulkan perpecahan saja. Talut dengan pasukannya sekarang mulai berangkat ke medan perang, menghadapi musuh yang besar, melalui sebuah sungai, sebagai yang terdapat dalam peta bumi yang dibuat oleh Talut.Tepat di kala matahari di tengah ufuk tertinggi dari langit. di tentangan ubun ubun di kepala, di kala matahari memancarkan panasnya yang seterik teriknya, dalam padang pasir yang luas, pasukan yang dipimpin Talut itu bertemu dengan sebuah sungai yang berair jernih pula. Semua pasukan diperintahkan menyeberangi sungai itu. Terbuktilah bahawa kepercayaan dalam batin dan jiwanya belum kukuh kuat. Mereka sama meminum air sungai itu sepuas puasnya. malah ada yang sengaja membawa air sungai itu untuk dijadikan bekal dalam perjalanan. Hanya sedikit saja yang patuh menurut perintah, iaitu terdiri dari orang orang yang beriman dan sabar, orang orang yang benar benar ikhlas berjuang dan taat terhadap pimpinan. Terbuktilah kepada Talut, bahawa tenteranya yang kuat dan banyak itu, masih belum kuat disiplin, masih belum tunduk dan taat setaat taatnya terhadap pimpinannya. Mulalah Talut agak khuatir, bagaimana hasil pertempuran yang akan dihadapinya nanti, dengan tentera yang kebanyakan tidak tunduk kepada aturan itu. Talut merasa khuatir, tetapi kewajipannya tetap harus dijalankan, walaupun bagaimana juga akan hasilnya. Tentera musuh yang kuat, telah dikerahkan untuk menanti kedatangan tentera Talut ini, dengan segala alat kelengkapannya. Tentera musuh ini dipimpin oleh seorang Jeneral yang sudah lama terkenal gagah beraninya, iaitu Jeneral Jalut. Kedua tentera yang saling bermusuhan itu, mulai berhadapan satu sama lain. Pertempuran yang hebat segera berkobar dengan dahsyatnya, antara bangsa Palestin yang menjajah di bawah pimpinan kornandannya yang bernama Jalut, melawan tentera kemerdekaan bangsa Israel yang ingin memerdekakan tanah airnya, di bawah komandannya Talut. Sungguh berat pertempuran yang dihadapi tentera Talut. Mereka bukan maju ke muka, malah kadang kadang terpaksa mundur ke belakang. Apalagi di tengah tengah api peperangan yang sedang bergejolak itu. tentera Talut terpecah menjadi dua golongan. Golongan pertama, orang orang yang beriman dan penuh semangatnya, golongan kedua, orang orang yang sudah mulai putusasa dan lemah semangatnya, iaitu golongan yang telah melanggar perintah komandannya. Mereka ini telah mengeluarkan ucapan: "Kita tidak akan kuat melawan Jalut dan tenteranya. Adapun golongan yang tetap dan penuh semangatnya, iaitu golongan yang patuh menjalankan semua perintah komandannya, tetap penuh kepercayaan dalam batin dan jiwanya. Perjuangan mereka semakin berkobar kobar dan bersemangat, sebab keyakinan mereka adalah: "Berapa banyaknya kejadian, di mana golongan yang sedikit, dapat mengalahkan golongan yang terbesar, dengan keizinan dari Allah, sebab Allah selalu menolong orang orang yang sabar. Dengan meneguhkan imannya, mereka terus menerus berjuang, sambil mendoa kepada Allah, agar Allah menetapkan ketabahan dan kesabaran mereka, agar Allah menolong dan memenangkan mereka juga akhirnya. Talut dengan segala kepandaian yang ada padanya, memimpin tentera yang tinggal sedikit itu, untuk mencapai kemenangan. Kemenangan, kemenangan sajalah yang menjadi fikirannya, lain tidak. Kemenangan yang harus dicapai dengan peperangan dan perlawanan hebat, bukan dengan menyerah kalah. Kehebatan pertempuran dan beratnya beban yang dihadapi Talut dan tentera Bani Israel ketika itu, tersiar hampir ke seluruh bangsa Israel yang diam di belakang garis pertempuran. Kabar ini pun sampai ke telinga seorang desa yang sudah tua. Orang tua ini mempunyai beberapa orang anak. Dipilihnya tiga orang di antara anaknya yang terbesar, supaya datang kepadanya. Anak yang ketiga yang terpilih itu sebenarnya masih di bawah umur, masih dalam dunia kanak kanak, Daud namanya (Nabi Daud) Dia masih dalam usia 9 tahun saja. Orang tua itu berkata kepada anak anaknya: "Ambillah pedang dan bekalanmu, berangkatlah sekarang juga ke medan perang, menolong saudara saudaramu melawan musuh. Adapun engkau ini, hai Daud, juga harus turut ke medan perang, tetapi kewajipanmu hanyalah untuk membawakan makanan dan di mana perlu, engkau pulang ke rumah untuk membawa kabar kepadaku tentang jalannya pertempuran. Ketiga anak yang bersaudara ini, setelah mengucapkan selamat kepada bapanya yang sudah tua itu lalu berangkat menuju ke medan perang, untuk menggabungkan diri dengan tentera Talut. guna menghancurkan tentera Jalut. Setelah sekian lamanya berjalan, mereka sampai di medan pertempuran dan segera menghadap Talut, untuk mendapat perkenan menggabungkan diri dengan tentera Talut. Alangkah bangga dan gembiranya hati Talut melihat semangat yang berkobar kobar dalam dada ketiga anak muda ini, ia bangga terhadap semangat orang tani di desa yang telah menyerahkan ketiga orang anaknya itu ke medan perang menghadapi bahaya. Pemuda yang dua orang itu segera mendapat izin untuk menyerbu, tetapi pemuda Daud tidak diperbolehkan, kerana dia masih di bawah umur, belum wajib baginya untuk maju ke depan, kepadanya hanya diperintahkan untuk membantu di garisan belakang saja. Daud berubah betul semangatnya setiba dia di medan perang, melihat perang yang sedang berkobar dahsyat itu. Dia minta dengan sangat supaya diperbolehkan menyerbu. "Kau masih anak anak dan masih kecil, ya Daud, kata Talut kepada Daud. "Betul kata Daud menjawab, Tetapi janganlah terlalu melihat besar kecilnya badan seseorang. Saya sekalipun kecil, tetapi kekuatan badan saya sudah cukup untuk mengalahkan musuh, semangat dan jiwa saya cukup matang dan teguh menghadapi peperangan. "Tuan belum tahu, kata Daud seterusnya: "Kelmarin se ekor singa pernah menangkap kambingku; singa itu kulompati, lantas terjadi pergelutan hebat antara saya dengan singa itu. Akhirnya saya dapat mematahkan leher singa itu. Pada suatu hari saya pernah pula bertemu dengan se ekor beruang besar yang hendak menerkam kepadaku. Beruang dapat kupegang mulutnya, lalu kupatahkan lehernya sampai mati. Kekuatan dan keberanian, tidak bergantung pada umur dan besarnya badan, tetapi terletak pada kemahuan dan semangat yang teguh, keimanan yang sedalam dalamnya, kata Daud seterusnya. Melihat kepintaran dan susunan kata kata yang diucapkan oleh Daud itu, Talut hanya tertekun dan termenung. Dapat dirasakannya, bahawa memang ia seorang anak yang luar biasa, seorang yang sudah ditentukan oleh Tuhan menjadi seorang yang berani. Kepadanya lalu diberikan izin untuk bertempur, lantas kepadanya diserahkan tombak dan lembing. Tetapi kerana panjangnya tombak itu, sedang badannya sendiri demikian pendeknya, dia tidak dapat membawa tombak itu. Tombak dan lembing itu ditinggalkannya saja. Dia hanya membawa seutus tali dan beberapa buah batu yang berat. Kepadanya Talut lalu berkata: Di mana bisa engkau bertempur dengan tali dan batu itu, perang yang kita hadapi ini adalah perang tombak dan lembing. Daud menjawab: Tuhan telah dapat memeliharaku dari bahaya singa dan beruang dengan tali dan batu, pun akan menolong dan memeliharaku dalam perang ini dengan tali dan batu ini pula. Daud maju ke medan perang, menyusur di antara masing masing tentera yang sedang bermain pedang dan lembing itu. Satu satu musuh yang menghalangi gerak majunya, dapat dibunuhnya. Dia maju dan terus maju ke tempat pemimpin musuh, menuju kepada Jalut sendiri. Dia berhasil mendekati kedudukan Jalut. Sebelum Jalut dapat memukulnya dengan pedang, Daud sudah lebih dahulu memukul Jalut dengan melemparkan batu sekuat kuatnya. Batu pertama tepat mengenai kepala Jalut, disusulnya dengan batu kedua, batu ketiga, keempat dan seterusnya, sehingga Jalut mati seketika itu juga. Dengan matinya Jalut, tentera musuh menjadi kucar kacir dan bertaburan. Akhirnya dapat dikalahkan seluruhnya oleh bangsa Bani Israel yang dipimpin oleh Talut. Bangsa Israel kembali hidup merdeka di tanahair sendiri, bertemu dengan anak isterinya yang sudah lama mereka tinggalkan. |
|